Nama : Aden Kuswira Wicaksana
NIM : J3A112042
Kelas : B-1
Andai Waktu Dapat
Terulang
Kita
tahu didunia ini sahabat begitu berarti untuk kita, banyak moment-moment
berharga yang sudah kita habiskan bersama sahabat kita, namun tanpa sadar kita
sering menyimpan rasa kesal atau tidak suka dengan sahabat kita sendiri, tetapi
tuhan sudah menggariskan bahwa ia/mereka adalah sahabat kita. Saya akan
bercerita tentang kisah yang saya dan sahabat-sahabat saya rasakan, kami
berdelapan memiliki tingkat emosional dan kedekatan yang memang begitu dalam,
sudah tidak terhitung lagi moment berharga yang sudah kami alami, dan ada salah
satu sahabat tersayang kami yang sedang jatuh sakit ia bernama Arifatul Aini
atau biasa akrab dipanggil Rifa.
Saya dan Rifa serta teman-teman mulai dekat
sejak kami dipertemukan di IPB khususnya di Program Diploma IPB dan ada
beberapa dari kami berkumpul di satu program keahlian yang sama dengan saya dan
Rifa yaitu PK Komunikasi. Awalnya kami
tidak percaya bahwa sahabat kami sakit karena sehari-hari rifa merupakan anak
yang aktif dan riang , jarang sekali ia mengeluh kalau dia sakit, namun sekitar
awal februari 2014 kemarin ia mengalami sakit yang awalnya tidak terlalu parah,
pada akhirnya dia dilarikan di salah satu rumah sakit di bogor, dan dokter
mendiagnosa bahwa rifa mengalami DBD dan Tifus , 13 hari ia dirawat di RS
tersebut, sempat rifa mengalami penurunan trombosit yang signifikan pada
akhirnya rifa dimasukan di ruang ICU, setiap hari kami selalu
menjenguknya,entah itu pagi ,siang atau malam yang pasti setiap hari kami
selalu menghampirinya, sampai pada saat ia tidak sadarkan diri dan sudah mulai
tidak mengenali kita semua, kami juga bingung sebenarnya rifa ini sakit apa?
Namun kami terus beri rifa semangat agar ia lekas sembuh.
Ada satu
moment yang menurut saya sangat berharga, ketika itu Rifa dalam keadaan kondisi
dalam level sudah setengah sadar, dan saat itu saya diperintahkan oleh orang
tua Rifa untuk menyuapkan buah untuknya.
“Denn..
tolong suapin Rifa buah yaa..” Ucap Ibu Rifa
Kondisinya memang sudah parah,
akhirnya perlahan saya menyuapkan buah melon tersebut ke mulut Rifa, prilakunya
sudah mulai seperti anak kecil, namun saya terus memberikannya semangat agar
Rifa bisa tetap sembuh “pehh lu pasti sembuh ya, biar kita bisa kuliah bareng
lagi , maen bareng lagi” perlahan saya membisikan kalimat tersebut
berulang-ulang, sontak saya kaget dengan respon yang diberikan oleh Rifa,
dengan kondisinya yang seperti itu dia masih bisa tersenyum sambil menghadap
kehadapan saya, pada saat yang sama saya sudah tidak tahan untuk menahan rasa
haru , dan air mata pun menetes perlahan di pipi saya…
Tidak
lama dari kejadian itu Rifa memegang tangan saya dan mengarahkannya kearah
bibirnya, ia masih berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada saya dan
teman-teman namun omongannya sudah tidak jelas dan yang saya tangkap pada saat
itu Rifa ingin meminta maaf pada kita semua, pasalnya bukan tangan saya saja
yang diarahkan ke bibirnya namun orang tua , keluarga serta teman-temanpun
diperlakukan hal yang sama.
Pada
saat kondisinya yg semakin parah akhirnya pihak keluarganya memutuskan rifa
agar dibawa kerumah asalnya yaitu di Lampung, kami tidak bisa ikut karena
kondisi yang sedang padat perkuliahan, hingga pada saat 2 hari setelah ia
sampai di Lampung, kami mendengar berita yg sangat buruk yaitu kondisi rifa
yang kritis/koma, kami terus berdoa untuk kesembuhan rifa namun tuhan
berkehendak lain, sahabat tersayang kami harus pergi meninggalkan kehidupan
dunia nya, pada pukul 11.00 wib 26 februari 2014, rifa sudah tiada melainkan
dipanggil oleh sang kuasa menghadapnya, mendengar kabar tersebut tersentak air
mata dan jeritan kesedihan meluap , saya tak kuasa menahan kesedihan, yang kami
sesali pula bahwa Rumah Sakit tempat Rifa dirawat di Bogor salah mendiagnosa penyakit
nya, ternyata almarhumah menghidap penyakit malaria tropika stadium akhir
hingga pembuluh darah di otaknya pecah dan tidak terselamatkan lagi jiwanya.
Banyak
permintaan-permintaan almarhumah yang belum kami berikan kepadanya,dan ada satu
permintaan yang paling teringat dan membekas hingga saat ini, yaitu almarhumah
minta dinyanyikan lagu Glen Fredly - Sedih Tak Berujung, waktu almarhumah masih
hidup ia ingin sekali dinyanyikan oleh saya lagu itu, namun menyesal hati ini
karena selalu menunda dan menunda untuk menyanyikan lagu tersebut, sampai saat
ini penyesalan itu masih membekas, disaat saya sedang dekat-dekatnya dengan
almarhumah namun saya harus dipisahkan dengannya, andai waktu bisa diulang
kembali …
Foto Almarhumah ketika sakit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar